Kamis, 23 Maret 2017

Membuat Tulisan yang Unik, Something Different

Membuat Tulisan yang Unik, Something Different
Membuat Tulisan yang Unik, Something Different
Ketika kami memutuskan untuk mempunyai sebuah blog bersama dengan ninche sesuai dunia yang kami geluti bersama, yaitu buku. Jangan dikira, kami memiliki selera yang sama mengenai buku. Salah. Tidak semua buku yang saya sukai juga disukai oleh Mbak Tikha. Begitu pula sebaliknya.

Seringkali kami saling bertukar buku, kemudian membicarakannya. Ada beberapa hal yang juga sering kami diskusikan. Mengenai draft novel, misalnya. Atau mengenai kehidupan yang terjadi di sekitar kami.

Saya sendiri menyukai karya-karya Winna Efendi. Mbak Tikha, tidak selalu menyukai karya-karyanya. Salah satunya adalah Melbourne: Rewind. Saya berkata pada Mbak Tikha kalau novel ini sangat bagus. Saya sangat suka. Tapi, Mbak Tikha bilang tidak. Dia sama sekali tidak menyukainya. Aneh? Tidak. Kembali ke selera masing-masing.

Berbicara mengenai novel karya Winna Efendi, karya-karyanya kebanyakan mengusung tema remaja. Anak sekolahan. Cinta segitiga. Persahabatan. Saya sendiri menyukai karyanya yang berjudul Melbourne dan Unforgettable. Dalam dua karya tersebut, tokoh utamanya merupakan perempuan dan laki-laki dewasa. Mungkin, karena hal tersebut saya lebih menyukainya.

Baiklah, saya akan membahas sedikit mengenai Melbourne: Rewind karya Winna Efensi. Novel ini menceritakan mengenai Max yang terobsesi dengan cahaya, dan Laura pekerja paruh waktu di salah satu stasiun Radio di Melbourne dan seorang freelance. Keduanya merupakan sepasang kekasih, beberapa tahun yang lalu, sebelum Max pergi.

Cerita berawal dengan dipertemukannya kembali kedua mantan kekasih tersebut. Tanpa sengaja Max yang baru saja kembali ke Melbourne setelah sekian tahun, mendengar suara Laura di radio. Lalu, laki-laki itu menemui Laura. Awalnya, mereka seperti dua orang sahabat yang telah lama berpisah atau sepasang kekasih yang melanjutkan kebiasaan lama. Nongkrong di Prudence, kafe favorit keduanya ketika menghabiskan waktu. Mereka bercerita mengenai hal-hal yang telah mereka lewatkan. Awalnya, semua baik-baik saja. Hubungan semacam dua sahabat, saling berbagi. Sayangnya, itu tak bertahan lama. Akan ada salah satu dari mereka yang masih menyimpan rasa.

Konflik yang diusung Winna terbilang rumit. Konflik batin selalu menjadi hal yang pelik untuk diungkapkan. Terlebih lagi dalam sebuah tulisan. Akan tetapi, di sini Winna berhasil membawa saya (pembaca) dalam konflik yang dialami keduanya. Max yang selama ini ternyata hanya mencintai Laura dan hanya Laura yang bisa membuatnya tetap bertahan. Dan, Laura yang selama ini ternyata masih sakit hati oleh Max dan takut tersakiti kembali. Bagi saya, porsi keduanya sangat pas.

Saya menyukai karakter Max yang digambarkan sebagai bocah kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Rambutnya dan senyumnya layaknya bocah. Lalu, Laura yang memiliki selera musik yang aneh dan suka dengan mencari lagu baru di youtube dan saya teramat menyukai kehidupan Laura. Merasa bagaimana ya? Pekerjaan impian. Menulis, menjadi penyiar radio (meskipun ini tidak mungkin saya lakukan), dan memiliki apartemen sendiri.

Selalu saja ada alasan untuk menyukai sesuatu, dan selalu ada seribu alasan untuk tidak menyukainya. Begitulah saya dan Mbak Tikha mengenai novel ini. Saya sendiri tidak tahu kenapa Mbak Tikha tidak menyukainya, tapi itu adalah pilihan dia untuk tidak menyukai sesuatu.

Dan, bagi saya, novel ini mendekati sempurna.

Salam Hangat,
Previous Post
Next Post

0 komentar: